Penulis : Bayu Gawtama
Dalam sebuah kajian, seorang ibu bertanya, "Sudah duabelas tahun saya menikah, tapi belum dikaruniai anak. Kalau sampai ajal menjemput nanti saya belum juga mendapatkan anak, siapa yang akan mendo'akan saya di kuburan?"
Semua mata tertegun, terharu, dan juga sedikit bingung memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Beberapa ibu bahkan menitikkan air mata, bisa dirasakan harapan terdalam dari ibu yang bertanya itu. Sebab bagi siapa pun wanita di muka bumi ini, memiliki buah hati dari rahimnya sendiri adalah mimpi terindah, harapan terbesar, dan cita-cita tertinggi di sepanjang perjalanan hidupnya.
Namun pertanyaan itu begitu menghentak, betapa setiap orang beriman akan mendapatkan beragam ujian. Salah satunya berkenaan dengan amanah berupa anak. Bagi yang diberi amanah, tetaplah sebuah ujian agar menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya. Ibarat seseorang yang menitipkan suatu barang berharga kepada orang lain yang dipercayainya, ia berharap barang tersebut dijaga, dipelihara sebaik mungkin, hingga pada satu saat barang itu harus dikembalikan, tetap dalam keadaan baik.
Bahkan mungkin ketika barang itu belum waktunya diambil pun, si penitip yang melihat orang yang dipercaya itu mampu menjaga amanah dengan baik, maka ia tak akan sungkan menitipkan barang lainnya. Ada dua motivasi yang muncul ketika titipan kedua diberikan, apakah memang ia telah menjaga dengan baik titipan pertamanya, atau, titipan kedua sebagai ujian agar ia mampu berbuat lebih baik lagi.
Begitu pula dengan mereka yang belum diberi kesempatan. Bukan semata karena ia belum layak mendapat amanah, juga bukan karena mereka yang diberi momongan itu lebih baik kualitas diri dan kehidupannya. Ini semua menjadi rahasia Allah, sedangkan sebagai hamba, kita hanya bisa berdo'a agar Allah kelak memberikan kesempatan itu meski hanya sekali.
Banyak kita jumpai, sepasang suami isteri yang shalih, taat beribadah, berkecukupan, dengan latar belakang pendidikan yang sangat menunjang, namun belum dikaruniai seorang anak. Berbagai upaya sudah dilakukan, dan tak henti berusaha lantaran tak ada sedikit pun masalah medis dalam diri suami isteri tersebut. Jika demikian, do'a dan terus bersyukur atas segala rezeki yang telah diterimanya bisa membuat Allah tersenyum dan berkenan menambahkan rezeki lainnya. Tentu saja Allah tahu persis apa yang paling diinginkan setiap hamba, meski tak satu pun hamba yang boleh mendikte keinginan Allah.
Kembali ke pertanyaan di atas, "Siapa yang akan berdo'a untuk saya sesudah saya mati?" Adalah pertanyaan dari hati terdalam seorang ibu yang memendam kerinduan teramat dalam akan hadirnya si buah hati. Makna tertinggi dari harapan sepasang manusia, bukan sekadar bisa menimang dan mengaliri kasih sayang melalui peluk kasih dan sentuhan lembut jemari sang ibu. Tak hanya sebentuk rindu menyanyikan lagu 'nina bobo' atau senandung shalawat ketika buah hatinya terlelap dalam belaiannya. Lebih, jelas lebih dari itu. Ia telah menyiapkan segala sesuatunya agar kelak anak-anak yang tumbuh dan keluar dari rahimnya, adalah anak-anak yang memahami betul peran dan multi tanggungjawabnya; kepada Tuhannya, kepada orangtuanya, juga kepada lingkungannya.
Hiburan berupa jawaban, "Meski tidak dikaruniai anak, ibu kan masih punya dua hal lainnya; ilmu yang bermanfaat dan amal shalih," hanya berlaku sesaat. Ketika ia merasa sendiri di rumah, saat suaminya mencari nafkah, suara tangis dan kelakar riang anak-anak akan mengisi hari-hari sepinya.
Siapa wanita yang tak menitikkan air mata kala mengetahui segumpal darah berbentuk janin dititipkan di rahimnya? Air matanya sejernih cintanya, bulir airnya menggugurkan kerinduan teramat dalam di sepanjang hidupnya. Saya berdo'a untuk semua saudara yang masih menggenggam rindu ini.
ini artikel ella baca di eramuslim.com dan di kotasantri.com. pas baca artikelnya, sumpah langsung nusuk ke hati. walaupun ella skrg blm married, tapi sebagai seorang perempuan salah satu yang paling diidamkan adalah menjadi seorang ibu. sudah lengkap rasanya menjadi perempuan jika usah melahirkan dari rahim sendiri. terus terang salah satu hal yang bikin ella worry banget adalah tidak bisa punya anak. walaupun mungkin lingkungan mentolerir hal itu, tapi tetep aja akan menjadi beban diri kita sebagai perempuan.
tapi.....
qt sebagai umat beragama yang percaya dengan Allah SWT, tentu kita musti berbaik sangka padaNYA dan selalu percaya bahwa hanya Dia-lah yang lebih TAHU dan MENGERTI qt. apapun yang sudah menjadi ketetapanNYA, yakinlah itu semua pasti yang terbaik buat qt dan ada hikmahnya.
semoga..... qt semua keep istiqomah dan selalu ikhlas dan mensyukuri segala hal.....aamiin
Dalam sebuah kajian, seorang ibu bertanya, "Sudah duabelas tahun saya menikah, tapi belum dikaruniai anak. Kalau sampai ajal menjemput nanti saya belum juga mendapatkan anak, siapa yang akan mendo'akan saya di kuburan?"
Semua mata tertegun, terharu, dan juga sedikit bingung memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Beberapa ibu bahkan menitikkan air mata, bisa dirasakan harapan terdalam dari ibu yang bertanya itu. Sebab bagi siapa pun wanita di muka bumi ini, memiliki buah hati dari rahimnya sendiri adalah mimpi terindah, harapan terbesar, dan cita-cita tertinggi di sepanjang perjalanan hidupnya.
Namun pertanyaan itu begitu menghentak, betapa setiap orang beriman akan mendapatkan beragam ujian. Salah satunya berkenaan dengan amanah berupa anak. Bagi yang diberi amanah, tetaplah sebuah ujian agar menjaga amanah tersebut sebaik-baiknya. Ibarat seseorang yang menitipkan suatu barang berharga kepada orang lain yang dipercayainya, ia berharap barang tersebut dijaga, dipelihara sebaik mungkin, hingga pada satu saat barang itu harus dikembalikan, tetap dalam keadaan baik.
Bahkan mungkin ketika barang itu belum waktunya diambil pun, si penitip yang melihat orang yang dipercaya itu mampu menjaga amanah dengan baik, maka ia tak akan sungkan menitipkan barang lainnya. Ada dua motivasi yang muncul ketika titipan kedua diberikan, apakah memang ia telah menjaga dengan baik titipan pertamanya, atau, titipan kedua sebagai ujian agar ia mampu berbuat lebih baik lagi.
Begitu pula dengan mereka yang belum diberi kesempatan. Bukan semata karena ia belum layak mendapat amanah, juga bukan karena mereka yang diberi momongan itu lebih baik kualitas diri dan kehidupannya. Ini semua menjadi rahasia Allah, sedangkan sebagai hamba, kita hanya bisa berdo'a agar Allah kelak memberikan kesempatan itu meski hanya sekali.
Banyak kita jumpai, sepasang suami isteri yang shalih, taat beribadah, berkecukupan, dengan latar belakang pendidikan yang sangat menunjang, namun belum dikaruniai seorang anak. Berbagai upaya sudah dilakukan, dan tak henti berusaha lantaran tak ada sedikit pun masalah medis dalam diri suami isteri tersebut. Jika demikian, do'a dan terus bersyukur atas segala rezeki yang telah diterimanya bisa membuat Allah tersenyum dan berkenan menambahkan rezeki lainnya. Tentu saja Allah tahu persis apa yang paling diinginkan setiap hamba, meski tak satu pun hamba yang boleh mendikte keinginan Allah.
Kembali ke pertanyaan di atas, "Siapa yang akan berdo'a untuk saya sesudah saya mati?" Adalah pertanyaan dari hati terdalam seorang ibu yang memendam kerinduan teramat dalam akan hadirnya si buah hati. Makna tertinggi dari harapan sepasang manusia, bukan sekadar bisa menimang dan mengaliri kasih sayang melalui peluk kasih dan sentuhan lembut jemari sang ibu. Tak hanya sebentuk rindu menyanyikan lagu 'nina bobo' atau senandung shalawat ketika buah hatinya terlelap dalam belaiannya. Lebih, jelas lebih dari itu. Ia telah menyiapkan segala sesuatunya agar kelak anak-anak yang tumbuh dan keluar dari rahimnya, adalah anak-anak yang memahami betul peran dan multi tanggungjawabnya; kepada Tuhannya, kepada orangtuanya, juga kepada lingkungannya.
Hiburan berupa jawaban, "Meski tidak dikaruniai anak, ibu kan masih punya dua hal lainnya; ilmu yang bermanfaat dan amal shalih," hanya berlaku sesaat. Ketika ia merasa sendiri di rumah, saat suaminya mencari nafkah, suara tangis dan kelakar riang anak-anak akan mengisi hari-hari sepinya.
Siapa wanita yang tak menitikkan air mata kala mengetahui segumpal darah berbentuk janin dititipkan di rahimnya? Air matanya sejernih cintanya, bulir airnya menggugurkan kerinduan teramat dalam di sepanjang hidupnya. Saya berdo'a untuk semua saudara yang masih menggenggam rindu ini.
ini artikel ella baca di eramuslim.com dan di kotasantri.com. pas baca artikelnya, sumpah langsung nusuk ke hati. walaupun ella skrg blm married, tapi sebagai seorang perempuan salah satu yang paling diidamkan adalah menjadi seorang ibu. sudah lengkap rasanya menjadi perempuan jika usah melahirkan dari rahim sendiri. terus terang salah satu hal yang bikin ella worry banget adalah tidak bisa punya anak. walaupun mungkin lingkungan mentolerir hal itu, tapi tetep aja akan menjadi beban diri kita sebagai perempuan.
tapi.....
qt sebagai umat beragama yang percaya dengan Allah SWT, tentu kita musti berbaik sangka padaNYA dan selalu percaya bahwa hanya Dia-lah yang lebih TAHU dan MENGERTI qt. apapun yang sudah menjadi ketetapanNYA, yakinlah itu semua pasti yang terbaik buat qt dan ada hikmahnya.
semoga..... qt semua keep istiqomah dan selalu ikhlas dan mensyukuri segala hal.....aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar